KELAHIRAN
KH.
Dahlan Kholil lahir pada 12 Sya'ban tahun 1899 M, di Rejoso. dengan nama bayi
Khusni. Beliau merupakan anak pertama dari KH. Kholil Rejoso dengan Nyai Siti
Fadmah.
WAFAT
KH.
Dahlan Kholil wafat pada tahun 25 Syaban 1377 H atau berteparan 16 Maret 1958
M.
KELUARGA
KH.
Dahlan Kholil melepas masa lajangnya dengan menikahi Nyai Siti Fatimah, putri
Kiai Ahmad Corogo, Jombang. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai 3 putra
dan 2 putri. Anak-anak beliau diantaranya: Muhammad, Siti Aisyah, Mahmud,
Hafshah, dan Abdul Hamid. Dua putra terakhir telah diambil Allah Swt tatkala
usia mereka menginjak remaja.
15
tahun kemudian, sekitar tahun 1950 M, Nyai Siti Fatimah meninggal dunia.
Sehingga hal ini membuat Kiai Dahlan menikah lagi dengan cucu KH. Asyari
Tebuireng ayah KH. Hasyim Asyari yang bernama Nyai Zubaidah (Sholihah). Dari
pernikahan ini, mereka dikaruniai beberapa anak, yaitu Kholil Dahlan, Chozin
Dahlan, dan Cholishah Dahlan.
PENDIDIKAN
KH.
Dahlan Kholil memulai pendidikannya dengan belajar langsung kepada ayahnya.
Setelah usia menginjak 12 tahun, beliau dibawa ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah haji ibadah haji ini sesungguhnya
memang dipersiapkan untuk memberi wawasan dan semangat padanya agar kelak ia nyantri
di negara ini.
Menurut
catatan harian yang ia tulis sendiri, ia mulai nyantri di Mekkah pada tahun
1343 H/1923 M. Tahun ini bertepatan dengan munculnya peristiwa pergolakan kaum
Wahabi suatu gerakan keagamaan yang dipimpin secara langsung oleh Raja Saud,
sang pendiri kerajaan Saudi Arabia, di mana gerakan ini dalam perkembangannya
digunakan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab untuk menghancurkan
situs-situs sejarah Islam.
Selama
tinggal di Mekkah, karir pendidikannya berjalan amat cepat, sehingga beberapa
waktu kemudian ia dapat menempati posisi sebagai guru besar di majelis ta'lim
Syafi'iyah dan tilawatil Qur'an di betul ilmu-ilmu agama Islam, sekaligus hafal
al-Qur'an secara lancar. Demikian pula di lembaga Madrasah Darul Ulum, Mekkah,
ia dipercaya sebagai kepala guru yang mengatur jalannya managemen kurikulum
setiap hari.
Setelah
bertahan selama tiga belas tahun nyantri di tanah suci, akhirnya, pada tahun
1935 M. Kiai Dahlan kembali ke Tanah Air, beliau melanjutkan pendidikannya
dengan memperdalam ilmu hadits kepada KH. Hasyim Asyari di Tebuireng, Jombang.
PENGASUH
PESANTREN
KH.
Dahlan Kholil merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, beliau selalu
menggunakan waktunya dengan kegiatan ajar-mengajar, terutama mengajar apa yang
selama ini menjadi spesialisasi keilmuannya baik tatkala ia belajar dari
ayahnya, Kiai Hasyim Asyari, maupun dari para ulama Mekkah yaitu al-Qur’an,
ilmu tafsir, dan ilmu Hadits. Spesialisasi keilmuan inilah yang kemudian
membuat ia selalu disegani di Lajnah Tashihul Mushaf al-Qur’an di Indonesia.
CHART
SILSILAH SANAD
Berikut
ini chart silsilah sanad guru KH. Dahlan Kholil Rejoso dapat dilihat DISINI
Sumber: https://www.laduni.id/post/read/70701/biografi-kh-dahlan-kholil-rejoso
............................................................................................
Ada
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ustadz M. Syatibi tentang lima ulama yang
memiliki pengaruh besar terkait rujukan sanad para penghafal Alquran di
Indonesia yaitu Kiai Dahlan Cholil Rejoso, Kiai Munawwir Krapyak, Kiai Munawwar
Sidayu Gresik, Kiai Mahfudz Tremas dan Kiai Muhammad Sa’id Bin Isma’il Sampang.
Lima
ulama’ tersebut menjadi sumber para huffadz dan berdirinya lembaga pesantren tahfidz
pada penelitian M Syatibi. (Potret
LembagaTahfiz AI-Qur’an di Indonesia,
Suhuf, Vol. 1, No. 1, 2008, Hal. 119)
Dalam
tulisan ini kami akan mengulas sedikit tentang biografi Kiai Dahlan Rejoso,
yang merupakan salah satu masyayikh ponpes Darul Ulum Petrongan Jombang, beliau
berjuang bersama dengan pamannya, Kiai Romly Tamim yang menggantikan ayah dan
kakek beliau, Kiai Kholil Al-Juraymi dan Kiai Tamim Irsyad setelah wafat. Di Rejoso, Kiai Dahlan aktif mengajar
Al-Quran, Tafsir dan Hadis dengan lembaga yang beliau kelola, Madrasah Tahassus
Al-Quran.
Merujuk
pada postingan di blog asrama Hidayatul Quran, Dahlan Khalil dilahirkan pada 12
Sya’ban 319H (seharusnya 1319 H) atau tahun 1899. Agaknya perhitungan tahun
disini kurang tepat, sebab dalam peta visibilitas, tanggal Hijriyah bila
dikonversikan kedalam Masehi menunjukkan 24 November 1901. Dalam Tulisan
Fachrul menunjukkan tanggal 12 Sya’ban tahun 1899. Jika mengacu pada tahun 1899
M, diperkirakan Dahlan Khalil dilahirkan pada 12 Sya’ban 1317 H atau 15
Desember 1899 M.
Mulanya,
Kiai Dahlan dilahirkan dengan nama Khusni di Rejoso dari pasangan Kiai Khalil
Al-Juraemi dan Nyai Siti Fatimah binti Tamim Irsyad. Ayahnya, Kiai Khalil
Al-Juraemi merupakan mursyid tarekat Qadiriyah Wan Naqsyabandi yang bersanad
kepada syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabau. Selain Khusni, pernikahan kiai
Khalil juraemi dan nyai Siti Fatimah membuahkan beberapa anak lainnya yang
bernama Maimunah, Syauqi atau biasa dikenal Ma’sum Bisri Rahmah.
Dengan
statusnya sebagai anak pertama, Khusni memiliki tanggung jawab besar untuk
meneruskan perjuangan ayah dan kakeknya untuk berdakwah. Untuk itu, di usia 12
tahun atau sekitar tahun 1911 M, Khusni bersama dengan ayahnya menunaikan
ibadah Haji. Terhitung sejak ibadah Haji itulah Khusni berganti nama menjadi
Dahlan bin Khalil atau Dahlan Khalil.
Selayaknya
tradisi ulama masa lampau, berkelana ke tanah Haram bukan hanya untuk berhaji,
melainkan untuk menuntut ilmu. Beberapa sumber seperti yang merujuk pada
catatan pribadi beliau, proses menuntut ilmu baru dimulai pada tahun 1923.
Bertepatan dengan tahun-tahun transisi kekuasaan Ottoman ke Arab Saudi yang
dimotori oleh Ibnu-Saud dan Wahabi.
Kiai
Dahlan Khalil menempuh pendidikan di Makkah selama 12 tahun. Merujuk pada
catatan pribadi beliau, kiai Dahlan memulai belajar pada tahun 1343 H. Selama
belajar di Makkah, Kiai Dahlan Khalil telah menempuh tingkatan yang cukup
tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari posisinya sebagai kepala guru yang
mengatur jalannya kurikulum selama berkarir di Madrasah Darul Ulum Makkah.
Terdapat
perbedaan data terkait kepulangan beliau ke tanah air. Website resmi pesantren
Darul Ulum Rejoso (PPDU) menuliskan tahun 1932 M sebagai kepulangan beliau. Di
sumber ini juga terdapat tambahan bahwa tahun 1937 Kiai Ma’sum Khalil (saudara
Kiai Khalil) pulang dari menuntut ilmu dan turut membantu jalannya pondok
pesantren. Sedangkan di blog milik asrama Hidayatul Quran menuliskan tahun
1938.
Setelah
melakukan penelusuran lebih lanjut, penulis menemukan afirmasi dari sumber
website resmi PPDU. Dalam penelitian Muwaffan, ia menuliskan bahwa Kiai Dahlan
Khalil pulang dari Makkah pada tahun 1931. Selama nyantri di Tebuireng, bersama
dengan pamannya Kiai Romly Tamim, Kiai Dahlan Khalil juga sempat belajar secara
langsung kepada Sayyid Ahmad Hamid At-Tijji.
Muwaffan
melanjutkan bahwa atas Sayyid At-Tijji lah Kiai Dahlan Khalil mendapat sanad
Qiroah Sab’ah. Penelitian Muwaffan didukung dengan dokumentasi berupa manuskrip
syahadah tulisan tangan Kiai Dahlan Khalil yang menunjukkan tahun 1351H (atau
sekitar tahun 1933M).
Dari
kedua sumber tersebut terdapat kesepakatan bahwa seusai dari Makkah, Kiai
Dahlan Khalil melanjutkan studinya ke Hadratussyaikh Hasyim Asyari untuk
memperdalam ilmu hadis. Baru kemudian Kiai Dahlan Khalil pulang ke Rejoso untuk
membantu pamannya mengelola pondok pesantren.
Berdasarkan
beberapa referensi tersebut, saya menyimpulkan bahwa Kiai Dahlan Kholil kembali
ke Indonesia tahun 1931M. Bahwa ada sedikit perbedaan apakah itu 1931 atau 1932
adalah suatu kewajaran, sebab tradisi ulama masa lampau menggunakan penanggalan
Hijriyah yang bisa saja berada di antara dua tahun Masehi. Baru pada sekitaran
tahun 1938-1939 Kiai Dahlan Khalil pulang ke Rejoso untuk melanjutkan syi’ar
Islam. Rentan waktu antara 1932 sampai 1938 digunakan Kiai Dahlan Khalil untuk nyantri
di pesantren Tebuireng.
Pernikahan
dan Pengaruhnya di Rejoso
Selama
hidupnya, Kiai Dahlan Khalil menikah dua kali. Pernikahan pertama terjadi
sepulangnya dari nyantri di Mbah Hasyim. Istri pertama beliau bernama Siti
Fatimah binti Ahmad Carogo. Kedua pasangan tersebut harus berakhir dengan
wafatnya Nyai Siti Fatimah pada tahun 1950. Di pernikahan pertama ini Kiai
Dahlan dikaruniai tujuh orang anak. Di pernikahan ke dua, Kiai Dahlan Khalil
menikahi cucu Kiai Hasyim Asyari yang bernama Zubaidah (Solihah). Dari
pernikahan ini, Kiai Dahlan dikaruniai
tiga orang anak.
Bersama
dengan paman dan adiknya, Kiai Dahlan mengelola Pondok Rejoso. Kala itu beliau
mengelola pesantren di bidang Al-Quran, pengajian syariat dan manajemen. Pada
masa tersebut, pondok rejoso memiliki sinergi yang kuat antara Al-Quran dan
Tarekat. Kiai Dahlan Khalil dengan keilmuannya, memiliki pengaruh yang besar
tehadap persebaran para huffaz| di Indonesia.
Kelak,
para huffadz tersebut banyak yang mendirikan pesantren tahfiz| di daerahnya masing
masing. Sejauh penelusuran penulis, beberapa ulama yang pernah mengenyam
pendidikan kepada Kiai Dahlan Khalil antara lain: Kiai Masduqi Abdurrahman
Perak Jombang, Kiai M Yusuf Masyhar Tebuireng, Kiai Ghozali dan Kiai Mujahid
Tumpang Malang.
Kiai
Dahlan Khalil juga merupakan pencetus nama “Darul Ulum” sebagai identitas
pesantren yang beliau kelola. Sebelumnya, Darul Ulum dikenal dengan “Pondok
Njoso”. Seperti umumnya pesantren tradisional pada zamannya, nama daerah tempat
pesantren berdiri menjadi identitas pesantren. Nama tersebut terinspirasi dari
Madrasah Darul ‘Ulum Makkah, tempat beliau pernah belajar dan mengajar.
Pada
masa transisi kemerdekaan, Kiai Dahlan Khalil juga aktif dalam perlawanan
melawan penjajah. Kala itu, Darul Ulum menjadi markas Laskar Hizbullah dan
Laskar Hizbul Wathon. Bahkan adik beliau, Bisri Kholil juga turut bergabung
menjadi bagian dari Laskar Hizbullah.
Tahun
Wafat
Kiai
Dahlan Khalil wafat pada bulan yang sama dengan kelahirannya. Di usia yang ke
58, Kiai Dahlan pergi menghadap sang Khaliq tepatnya pada tanggal 25 Sya’ban
1377H (Maret 1958). Banyak ulama maupun santri merasa kehilangan atas kepergian
beliau.
Sumber
rujukan: https://tafsiralquran.id/mengenal-kiai-dahlan-khalil-ahli-alquran-dari-rejoso-jombang/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar