BERBAGI DENGAN KLIK

Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kajian Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Agustus 2022

Inilah Adab dan Sunnah Berdzikir dalam sehari hari

Inilah Adab dan Sunnah Berdzikir dalam sehari hari


Diantara adab dan sunnah dalam berdzikir kepada Allah yang perlu diketahui setiap hamba adalah :

1. Memperbanyak dzikir dalam setiap keadaan
Dzikir adalah amal yang paling utama. Ia penutup bagi kekurangan ibadah lain. Sebagai penutup kekurangan qiyamul lail (shalat malam) dan puasa pada siang hari. Dzikir ialah amal yang agung untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan termasuk perkara yang menjadikan seorang muslim senantiasa bersama-Nya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang" (QS. Al-Ahzab : 41-42)

Demikianlah petunjuk Nabi, beliau senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan. Aisyah RA berkata :
"Nabi SAW selalu dzikrullah (berdzikir kepada Allah) dalam setiap keadaan" (HR. Muslim 3730)

Maksudnya dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring. Dalam setiap waktu dan kondisi, kecuali saat buang hajat.

2. Memadukan antara dzikir dengan hati, lisan, dan anggota badan
Yaitu sungguh-sungguh menggabungkan antara dzikir dengan hati, lisan, dan anggota badan. Dzikir dengan hati yakni menghadirkan kebersamaan Allah, juga menghadirkan pengawasan, keagungan, kemuliaan, dan kedekatan-Nya.

Melafalkan dzikir dengan lisan termasuk amal mulia dan kesibukan lusan yang agung. Rasulullah SAW bersabda :
"Hendaklah lisanmu selalu basah dengan dzikrullah" (HR. Ahmad)

Adapun dzikir anggota badan seperti menghitung ucapan tasbih (Subhanallah), takbir (Allahu Akbar), tahlil (La ilaha Ilallah), dan tahmid (Alhamdulillah) dengan tangan. Ini sebagai bentuk iitba' (mengikuti) sunnah Nabi. Dinyatakan di dalam hadits bahwa beliau menghitungnya dengan tangan kanan. (Hr. An-Nasai)

Diantara bentuk dzikirullah dengan anggota badan adalah mengamalkan segala bentuk ketaatan kepada Allah dalam setiap waktu dengan segala tuntutannya, serta menjauhi segala perkara yang diharamkan Allah.

3. Menangis dan melembutkan hati ketika berdzikir
Karena barangsiapa menangis ketika berdzikir kepada Allah, ia berhak mendapatkan pahala yang sangat besar, apabila ia ikhlas dalam tangisannya. Khususnya  ketika ia sedang seorang diri. Rasulullah SAW bersabda :
"Tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari tiada naungan selain naungan-Nya:... dan seorang yang berdzikir kepada Allah seorang diri lalu kedua matanya meneteskan air mata" (Muttafaq 'alaih : HR. Bukhari dan Muslim)

Allah SWT berfirman :
"Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Rad :28)

4. Merendahkan suara ketika berdzikir
Karena cara seperti ini lebih dekat kepada keikhlasan dan kekhusyukan. Tatkala Rasulullah meyaksikan para sahabat leiau menganggkat suara mereka aat membaca takbir dalam sebuah perjalanan, beliau bersabda :
"Wahai manusia! Sayangi diri kalian dengan merendahkan suara, karena kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan jauh. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar lagi Mahadekat. Dzat yang kalian seru itu lebih dekt kepada seorang dari kalian daripada leher hewan tunggangannya" (HR. Bukhari 6384)

dan ketika seorang mengangkat suara ketika berdzikir, mungkin saja ia akan terjatuh kepada riya.

5. Menjauhi dzikir-dzikir bid'ah
Ini termasuk adab kepada Allah SWT, yakni tidak beribadah kepada-Nya kecuali dengan apa yang telah Dia syariatkan. Semisal dzikir dengan mengucapkan Allah, Allah, ataupun mengucapkan Hu, Hu, dan sejenisnya. Demikian pula tidak menambah-nambah dan mengubah-ubah redaksi dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah.

6. Mendahulukan dzikir khusus daripada dzikir umum
Apabila terdapat riwayat dari Nabi tentang dzikir khusus pada tempat, keadaan, dan waktu tertentu, maka dalam hal ini ia lebih utama daripada dzikir-dzikir umum. Bahkan mengamalkan dzikir itu pada kondisi demikian lebih utama daripada membaca Al-Quran, meskipun karena kekhususannya dengan momen tersebut. Misalnya dzikir-dzikir khusus yang dibacakan sesedah shalat fardu sebagaimana diajarkan oleh Nabi SAW.

7. Memperbanyak dzikir-dzikir yang ma'tsur
Dzikir yang ma'tsur maknanya dzikir maupun doa yang diriwayatkan secara shahih rai Rasulullah SAW. Disunnahkan mengamalkannya lebih banyak daripada dzikir yang lain. Karena, yang demikian termasuk mengikuti sunnah beliau.

Sumber : Panduan Amal Sehari Semalam, oleh Ummu Ihsan & Abu Ihsan al-Atsari

adab dan sunnah berdzikir

ADAB Memberi sedekah yang perlu kita keathui

ADAB Memberi sedekah yang perlu kita keathui

Properti yang diberikan Allah SWT hanyalah deposit sementara. Segera mungkin bergerak ke tangan orang lain.


Jangan berpikir kekayaan akan dikurangi dengan memberikan sedekah, sebaliknya harta itu akan menjadi milik kita dengan memberikan sedekah dan berkah akan berlimpah. Maslahat juga akan dirasakan oleh orang lain yang menerimanya. Karena, sedekah adalah badan amal terbaik yang dilakukan oleh seorang pelayan, dalam menumbuhkan hubungan Hablun Minallah dan Hablun Minan Nas.


Rasulullah bersabda ;
"Harta tidak akan berkurang karena sedekah" (HR. Muslim 6757)

Dalam bersedekah hendaklah diperhatiakn adab-adab berikut ini :

1. Mengikhlaskan niat
Bersedekah dengan niat semata-mata mengharapkan wajah Allah. Hindarilah sikap riya dan sunnah. Jagalah sedekah, baik sebelum mengeluarkannya, pada saat mengeluarkannya serta setelah mengeluarkannyadari noda-noda, riya, ujub, dan sunnah. Termasuk sunnah adalah engkau menceritakan sedekahmu karena ingin dipuji oleh orang lain. Sebagian orang ada yag bersedekah dengan tujuan riya dan sunnah. Ada yang bersedekah untuk berbangga-bangga dan menyombongkan diri agar ia dikenal dengan sedekahnya atau supaya disebut dermawan. Orang-orang seperti ini akan disiksa pada hari Kiamat dengan siksa yang sangat berat.


2. Menyedekahkan harta yang halal
Rasulullah bersabda :
"Allah tidak menerima sedekah dari harta ghulul" (HR. Mulsim 1095)

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik" (HR. Muslim  2393)

3. Menyedekahkan harta yang terbaik
"Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menginfakkannya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji" (QS. Al-Baqarah : 267)

4. Mendahulukan keluarga dan karib kerabat
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW :
"Seutama-utama sedekah adalah sedekah dari orang yang mempunyai harta sedikit. Mulailah dengan memberikannya kepada orang yang Engkau tanggung nafkahnya" (HR. Abu Dawud)

5. Mengutamakan orang yang taat beragama
Hendaklah orang yang bersedekah lebih memprioritaskan sedekahnya bagi orang-orang yang taat beragama. Karena sedekah tersebut akan membantunya untuk mentaati Allah dan tidak membelanjakannya untuk bermaksiat kepada Allah atau untuk berbuat bid'ah dalam agama

6. Menyembunyikan sedekah
Inilah sedekah yang paling utama, yaitu yang dirahasiakan. Kecuali jika terdapat mashlahat yang jelas.
Allah SWT berfirman :
"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang kafir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu... (QS. Al-Baqarah : 271)

7. Tidak meremehkan sedekah yang dikeluarkan, walaupun nilainya tidak seberapa.
Diantara adab sedekah adalah menyedekahkan harta yang gampang disedekahkan, walaupun jumlahnya sedikit. Tidak menolak seseorang yang meminta, walaupun hanya dengan memberikan seseuatu yang kecil nilainya. 

8. Jangan menunda-nunda sedekah, gunakanlah masa kayamu sebelum masa miskin.
Banyak orang yang mengulur-ulur sedekahnya, padahal kita tidak tahu kapan kematian menghampiri. Nabi berpesan, "Gunakanlah masa kayamu sebelum datang masa miskin"

9. Hendaklah ia berlemah lembut terhadap kaum fakir yang ia beri, janganlah ia menghilangkan pahala sedekahnya dengan cara menyebut-menyebut pemberian serta menyakiti perasaan orang yang diberi. Allah SWT berfirman :
"Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan ALlah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang diinfakkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati)" (QS. Al-Baqarah : 262)

10. Biasakanlah bersedekah, memberi, dan juga mengutamakan orang lain, walaupun pemberi sedekah itu seorang fakir dan sedikit hartanya. 

11. Jangan memandang diri kita telah berjasa atas orang yang menerima sedekah.
Tidak sepantasnya orang yang bersedekah memandang dirinya telah berjasa atas kaum fakir dan orang-orang yang membutuhkan. Namun hendaklah ia memandang semua itu adalah karunia dari Allah semata, karena Dialah yang telah memberikan harta tersebut baginya, dan memberinya taufik kepada Islam serta melepaskan dirinya dari kebakhilan atau sifat kikir, sehingga hatinya tergerak untuk bersedekah.

12. Tidak menarik kembali sedekah
Jika sedekah telah diberikan, maka janganlah mengambilnya kembali dari orang yang menerimanya. Nabi SAW bersabda :
"Perumpamaan orang yang bersedekah kemudian mengambil kembali sedekahnya, seperti anjing yang memuntahkan sesuatu kemudian ia menjilat muntahnya untuk memakannya lagi" (HR. Al-Bukhari 3798, dan Muslim 5481)

Sumber : Panduan Amal Sehari Semalam, oleh Ummu Ihsan & Abu Ihsan al-Atsari

Larangan selfie mencuat lidah menurut Islam

Larangan selfie mencuat lidah menurut Islam
Larangan Selfie Menjulurkan Lidah Menurut Islam.

Selfieme adalah kegiatan yang sekarang tidak bisa dihindari. Tidak hanya remaja, bahkan orang tua masih melakukannya. Entah bagaimana ini semakin menjadi, seperti budaya yang terus dikembangkan. Termasuk berbagai gaya selfie yang beragam. Salah satunya adalah gaya menjulurkan lidah.

Tahukah Anda bahwa itu ternyata berpose atau mengambil selfie dengan menjulurkan lidah, serta anjing. Anda tentu sudah tahu binatang yang dagingnya dilarang dalam Islam, kan? Dan, tahukah Anda mengapa anjing selalu menjulurkan lidah mereka?

Sedikitnya ada 3 alasan anjing menjulurkan lidah diantaranya:
1. anjing tersebut kehausan.
2. anjing tersebut kepanasan.
3. anjing tersebut sedang memberi tanda bahwa ia minta disetubuhi sang pejantan (ini dilakukan oleh anjing betina).
Wanita Menjulurkan Lidah Dalam Islam.
Jika kita kaitkan dengan orang-orang yang senang berselfie, terutama gaya menjulurkan lidah, juga menandakan ada tiga kemungkinan ia melakukan hal itu. Bisa jadi ia kehausan, kepanasan atau bagi seorang wanita sedang memberi kode pada lelaki. Mengapa demikian?
Dalam salah satu hadits dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasûlullâh SAW bersabda, “Jika seseorang dari kamu sujud, maka janganlah ia turun sujud sebagaimana mendekamnya onta. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda tentang seseorang yang menyerupai kebiasaan suatu kaum.
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka,” (HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401)
Hadits yang pertama dengan sangat jelas bahwa seorang muslim dilarang meniru perilaku binatang ketika shalat. Dan pada hadis yang kedua Rasulullah SAW menyatakan apabila kita mengikuti, meniru kebiasaan atau perilaku suatu kaum maka kita termasuk golongan atau bagian dari kaum tersebut. Jadi, apa hubungannya?
Nah, hadits tersebut mengisyaratkan dilarangnya seseorang meniru perilaku binatang. Salah satunya menjulurkan lidah. Sebab, perbuatan itu selalu dilakukan oleh anjing, dan tentu Anda tidak mungkin mau jika disamakan dengan anjing bukan?
Allah SWT telah memberikan anugerah kepada kita berupa akal untuk berpikir. Jika memang Anda adalah pemikir yang baik, maka Anda tidak akan mungkin melakukan sesuatu seperti apa yang dilakukan oleh binatang. Tentu, menjadi hal yang tidak pantas jika Anda mengikuti perilaku binatang, yang pada dasarnya hanya mengikuti naluri dan hawa nafsu semata.
Oleh sebab itu, sebagai makhluk yang berakal dan memiliki keimanan terhadap Allah SWT, sudah selayaknya kita tidak melakukan hal yang hina. Terutama bagi Anda kaum wanita, akan terlihat rendah sekali harga diri Anda jika berselfie dengan gaya demikian. Sudah selayaknya kita menjaga kehormatan diri, sebagai manusia yang dijadikan khalifah di muka bumi, panutan makhluk-makhluk lain yang berada di alam semesta ini. Wallahu ‘alam

Sumber: infoislamdaily/islampos.com/selfie-julurkan-lidah-ternyata-232475

Berhati-hatilah Dengan Dusta Dan Varian-Variannya

Dusta Dan Varian-Variannya
Dusta Dan Varian-Variannya
(Sungguh sangat besar pengkhianatanmu jika engkau mengatakan sesuatu kepada saudaramu padahal ia percaya kepadamu namun kamu berdusta kepadanya)208, bahkan (cukuplah seseorang itu disebut sebagai pendusta jika dia menceritakan setiap apa yang dia dengar)209, dan (sejelek-jelek pijakan seseorang adalah apa-apa yang masih bersifat dugaan).210 Dan (sungguh seseorang itu terkadang benar-benar berkata dengan satu perkataan yang membuat tertawa teman-teman duduknya, sementara perkataannya itu menjatuhkan dia sejauh bintang tsurayya)211, maka (celakalah orang yang dia berbicara dengan suatu pembicaraan supaya dapat membuat tertawa suatu kaum lalu dia berbohong. Celakalah dia ... celakalah dia).212

Bahkan (barangsiapa mengatakan kepada anak kecil: Ambil ini!, namun dia tidak memberikan apapun kepadanya maka ia telah berdusta)213, oleh karena itu [dusta itu tidak dibenarkan apapun bentuknya, baik dalam kondisi serius maupun main-main]214, oleh karena itu, janganlah kamu berdebat, bercanda dan berjanji kepada saudaramu dengan suatu janji lalu kamu mengingkarinya; karena (sesungguhnya menjaga hubungan baik itu termasuk dari iman)215, dan diantara ciri-ciri orang munafik itu adalah berdusta dan ingkar janji, dan (tidaklah beriman seorang hamba sepenuh iman hingga ia meninggalkan dusta saat bercanda dan meninggalkan debat meskipun dia benar).216

Dan sungguh Nabi kita telah menjamin (dengan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta walaupun hanya bercanda).217

Footnote----------
208 Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thobrani, dan di dalamnya ada rowi yang dlo'if, namun telah muwatsaq sebagaimana yang dikatakan oleh Al Haitsami di tempat yang lain. Dan hadits ini dinyatakan dlo'if oleh An Nawawi dan Al Albani. Al Hafidh Ibnu Hajar di dalam Al Ishobah menukil perkataan Ibnu Mandah, ia berkata: Hadits ini ghorib. Dan sepertinya setelah itu ia memberikan isyarat bahwa hadits ini kuat. Bahkan Al 'Iroqi ketika mentakhrij Ihya-U 'Ulumid Din berkata tentang sanadnya Ahmad dan Ath Thobroni: Hadits ini diriwayatkan dengan sanad jayyid.

209 Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Muqoddimah kitab Shohihnya.

210 Diriwayatkan oleh Al Bukhori dalam kitabnya Al Adabul Mufrod, juga aleh Abu Dawud dan Ath Thohawi dengan sanad shohih sebagaimana yang dikatakan oleh Al Hafidh dalam Al Ishobah, dan dinyatakan shohih oleh Al Albani. 'Dugaan' yang dimaksud dalam hadits ini kebanyakan digunakan untuk 'dugaan buruk'.

211 Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban. Di dalamnya ada rowi yang dlo'if sebagaimana yang dikatakan oleh Adz Dzahabi dalam Mizanul I'tidal. Akan tetapi Al 'Iraqi berkata: Hadits ini diriwayatkan ole Ibnu Abi Dunya dengan sanad hasan.

212 At Tirmidzi mengatakan: Hadits ini hasan. Dan memang demikian adanya.

213 Diriwayatkan oleh Ahmad dan di dalamnya ada inqitho' (keterputusan), akan tetapj Al Albani berkata: Hadits ini diriwayatkan dengan sanad shohih pada riwayat Ibnu Wahb dalam kitabnya Al Jami' Fil Hadits.
Namun ada riwayat lain yang shohih dan mirip dengannya, sílahkan lihat di At Targhib karangan Al Mundziri, akan tetapi aku mengambil riwayat ini karena ingin memakai lafadznya.

214 Al Adabul Mufrod karangan Al Bukhori dari perkataan Ibnu Mas'ud dan ia shohih. Al Bushoiri berkata: Hadits ini para perowinya tsiqoh. Dan Al Albani menyatakan hadits ini shohih.

215 Diriwayatkan oleh Al Hakim sesuai syarat Al Bukhori dan Muslim, disetujui oleh Adz Dzahabi, dan ini adalah hadits hasan.

215 Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thobroni dalam Al Mu’jam Al Ausath. Al Haítsami berkata: Hadits ini dalam sanadnya ada si Fulan yang belum pernah aku lihat ada orang menyebutnya. Al Mundziri berkata: Hadits ini pada matannya — dalam teks aslinya tertulis "matannya", tapi mungkin maksudnya "sanadnya" -pentj.— ada orang yang saya tidak ingat derajatnya, sedangkan untuk matannya banyak syawahidnya. Demikian juga yang dikatakan oleh Al Hafidh dalam Ta'jilul Manfa'ah. Sementara Al Albani menyatakan hadits ini shohih li ghoirihi dalam Shohih At Targhib.

217 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan ini adalah hadits hasan.

Ziarah, kebijaksanaan, faedah dan bimbingan yang serius

Ziarah, kebijaksanaan, faedah dan bimbingan yang serius

Haji yang serius adalah amalan yang diamalkan dalam Islam. Itulah salah satu kewujudan Islam kepada hak -hak dan penghormatan terhadap penukarnya. Sepanjang hidupnya, seorang Muslim telah memperoleh haknya mengikut peraturan yang digariskan dalam Islam, sangat menegaskan harga diri dan kehormatannya, kekayaannya dan kelangsungan hidupnya.

Selepas kematian. Seorang Muslim masih menerima tingkah laku yang sangat mulia, iaitu melawat kuburnya.


Kebijaksanaan dan faedah ziarah yang serius

Ziarah yang serius bukanlah ritual atau adat. Walaupun ziarah dilakukan mengikut agama (syar'i) agama ini, ia akan memberi manfaat yang besar. Ia memberi manfaat kepada sarjana itu sendiri, dan ia juga memberi manfaat kepada lawatan.


Bagi peziarah, amalan ini bisa membuahkan pelajaran berharga, yaitu mengingatkannya kepada kematian dan negeri akherat. Rasulullah bersabda,
"Sesunggubnya aku dahulu melarang kalian dari ziarab kubur, maka sekarang berziarahlah kalian karena ia akan mengingatkan kalian kepada negeri akherat." (HR. Ahmad no. 1172 dan yang lainnya).

Dengan ziarah kubur, seseorang akan semakin sadar bahwa hidupnya di dunia ini hanyalah sementara. Suatu hari nanti, pasti ia akan mati. Pasrah ketika gemerlapnya pakaian yang selama ini dikenakan, dilucuti satu persatu, diganti dengan beberapa lembar kain kafan yang "tidak seberapa" harganya. Kemudian jasadnya yang sudah tidak berdaya itu digotong, lalu dimasukkan ke dalam liang lahat yang sempit lagi menyesakkan. Tidak ada satu pun yang menyertai dirinya di dalam kubur kecuali hanya amalannya. Mampukah ia lari dari kenyataan ini?

Ketika di hadapannya terbentang sebuah gundukan tanah dengan sepasang batu nisan tertancap di atasnya, terbayang apakah ada harta kekayaan yang turut terkubur di dalamnya? Kemana kendaraan mewah dan harta melimpah yang selama ini menjadi teman setia hidupnya?
Rasulullah bersabda (artinya), "Yang mengiringi jenazah itu ada tiga. Yang dua akan kembali, dan yang tetap menemaninya ada satu. Yang mengiringi jenazah adalah keluarga. harta, dan amalannya. Keluarga dan hartanya akan kembali. dan yang tetap menemaninya hanyalah amalannya." (HR. al-Bukhari no. 6033 dan Muslim no. 5260)

Tentu, orang yang bisa mengambil pelajaran dari kegiatan ziarah kubur akan semakin meningkatkan iman & amal shalehnya, baik kualitas maupun kuantitasnya, sebagai bekal hidup di akherat kelak.

Bagi mayit yang diziarahi, ia akan mendapatkan manfaat dengan izin Allah dari doa dan permohonan ampun yang dipanjatkan oleh peziarah kepada Allah untuknya.

Agar ziarah kubur bermanfaat
Ziarah kubur akan bermanfaat manakala pelaksanaannya dibangun diatas bimbingan dan teladan Rasulullah. Ya, beliau adalah sosok teladan terbaik. Paling baik dan paling sempurna ibadahnya. Meneladani ibadah beliau, dijamin pasti ibadahnya benar.
Ibadah yang mulia ini (ziarah kubur) akan mendatangkan banyak berkah dan manfaat manakala dalam pelaksanaannya sesuai dengan bimbingan Rasulullah.

Berikut ini beberapa bimbingan Nabi, tentang ziarah kubur:
Pertama: Meluruskan niat dan tujuan berziarah
Tujuan ziarah kubur adalah untuk mengambil hikmah dan pelajaran darinya (yaitu mengingat kematian dan kehidupan akherat). Jika tujuan ziarah ini belum tercapai, maka ziarah tersebut belum memenuhi kriteria ziarah yang syar'i.

Kedua: Mengucapkan salam kepada penghuni kubur
Salah satu lafazh salam yang diajarkan oleh Rasulullah adalah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. bahwa dahulu Rasulullah mengajarkan kepada para shahabat ketika hendak memasuki pekuburan dengan mengucapkan,
"Salam keselamatan atas kalian wahai penghuni rumah-rumah (kuburan) dari kalangan kaum mukminin dan muslimin. Dan kami Insyaallah benar-benar akan mernyusul, aku memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian” (HR. Muslim no. 1620)
Ucapan salam ini berlaku bagi mayit muslim. Adapun kuburan orang kafir, maka tidak boleh diucapkan salam untuk mereka, dan tidak boleh pula didoakan. Bahkan Nabi memerintahkan untuk memberikan kabar buruk kepada mereka berupa ancaman api neraka. (HR. Ibnu Majah no. 1562)

Ketiga: Tidak memakai alas kaki di area pemakaman
Dahulu Nabi pernah melihat seseorang sedang berjalan di antara kuburan dengan memakai sandal. Beliaupun menegur orang tersebut, seraya bersabda (artinya), "Hai pemakai sandal! Celakalah kamu, lepaskan sandalmu!"
Orang itupun melihat siapa yang menegurnya. Tatkala ia mengetahui bahwa yang menegur dirinya adalah Rasulullah. ia pun melepas kedua sandalnya dan melemparkannya." (HR. Abu Dawud no. 2811.)

Keempat: Mendoakan mayit yang muslim
Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah, sebagaimana yang diberitakan oleh Aisyah, bahwa Nabi dahulu pernah keluar menuju pemakaman Baqi', kemudian mendoakan mereka. Ketika Aisyah bertanya kepada beliau tentang masalah ini, beliau menjawab (artinya), "Sesungguhnya aku diperintahkan. untuk mendoakan mereka." (HR. Ahmad no. 24952)

Adapun mendoakan mayit kafir, maka hal ini tidak diperbolehkan. Nabi pernah meminta izin kepada Allah untuk memintakan ampun bagi ibundanya yang meninggal dalam keadaan musyrik, maka Allah pun melarang beliau untuk melakukannya. (HR. Muslim no. 1622) Dibolehkan mengangkat kedua tangan ketika berdoa, sebagaimana yang pernah ddakukan oleh Rasulullah dalam ziarah beliau ke pemakaman Baqi'. (HR. Muslim no. 1619)

Kelima: Tidak mengucapkan ucapan hujr
Sebagaimana sabda Rasulullah
"Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur. Dan sekarang barangsiapa yang hendak berziarah, maka silahkan berziarah, namun jangan mengucapkan ucapan "hujr"."(HR. Ahmad no. 11178 dan An-Nasai no. 2006)

Menurut al-Imam an-Nawawi makna "hujr" adalah perkataan yang batil. Dahulu ziarah kubur dilarang karena umat Islam baru saja lepas dari masa jahiliyah, sehingga mungkin saja perkataan dan ucapan-ucapan jahiliyah masih sering diucapkan oleh mereka karena kebiasaan jahiliyah yang masih membekas). (Majmu' Syarhul Muhadzdzab, 5/310).

Termasuk contoh ucapan hujr adalah meratapi mayit. (At-Taisir bi Syarh al-Jami'ash-Shaghir, karya al-Munawi)
Sedangkan menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, makna "hujr" adalah perkataan keji. (Fathul Bari).

Sayang sekali apabila ibadah yang mulia ini terkotori oleh perkataan "hujr", yang tentunya akan mengurangi nilai kebaikan yang akan diperoleh dari ziarah kabur, bahkan menghapus nilai kebaikannya. Lebih dari itu, bisa mendatangkan dosa.

Keenam: Tidak meratapi si mayit
Ziarah kubur, terutama ketika mengunjungi makam kerabat dan orang yang dicintai, tentu akan memberikan nuansa lain. Duka akan lebih mendalam. Keadaan ini amat rentan untuk seseorang terjatuh kepada perbuatan niyahah (meratapi mayit). 'Rasulullah menyebutkan bahwa niyahah termasuk salah satu perbuatan jahiliyah. sebagaimana dalam sabda beliau .(artinya), "Ada empat perbuatan Jahiliyah yang terjadi dan tidak ditinggalkan oleh umatku, yaitu: membanggakan keturunana, mencela nasab, meyakini turunnya hujan dengan sebab adanya bintang-bintang, dan niyahah.” (HR Muslim no. 1550)

Adapun jika seorang peziarah merasa bersedih hingga menitikkan air mata, maka hal ini tidak mengapa selama tangisan itu masih dalam batas wajar dan tidak sampai kemudian beliau menangis dan orang- orang di sekitarnya pun ikut menangis. (HR. Muslim no. 1622)

Ketujuh: Tidak duduk di atas kuburan
Duduk diatas kuburan merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Bahkan Rasulullah mengancam keras orang yang melakukan perbuatan tersebut, sebagaimana dalam sabda beliau (artinya), "Sungguh duduknya salah seorang dari kalian di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus hingga kulitnya, itu lebih baik daripada duduknya dia di atas kuburan” (HR.Muslim no. 1612)

Selain dari hal-hal yang telah disebutkan di atas) perlu diketahui juga bahwa pelaksanaan ziarah kubur tidak terikat waktu dan momen tertentu. Seseorang boleh berziarah kubur kapan saja dia mau. Tidak ada waktu khusus yang memiliki keutamaan dalam pelaksanaan ziarah kubar.

Di samping itu, hendaknya seorang muslim tidak memberat-beratkan diri dengan sengaja melakukan safar ke tempat jauh dalam rangka ziarah kubur. Dengan menziarahi makam terdekat, insyaallah sudah merasakan manfaatnya dan mendapatkan ganjaran, jika ziarah tersebut sesuai dengan bimbingan yang disebutkan di atas.

Jika kita ingin mendoakan orang tua, guru, alama' atau orang shaleh yang makamnya jauh dari tempat tinggal kita, maka cakuplah kita memanjatkan doa untuk mereka dari tempat kita berada. Insyaallah, dengan keikhlasan dan ketulusan kita dalam berdoa akan memberikan manfaat bagi mereka.

Wallahu a'lam bishshawab

Penulis: Ustadz Abu Abdillah/Al Ilmu Edisi No. 25/VI/XV/1438H

Ketika Ibn Abbas ditanya tentang hukum bernyanyi

Ketika Ibn Abbas ditanya tentang hukum bernyanyi

Abdullah bin Abbas adalah teman Nabi Muhammad ﷺ serta sepupunya. Abdullah bin Abbas bin Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum Hijrah. Ayahnya adalah Abbas, Paman Rasulullah ﷺ, sementara ibunya dinamai Lubabah Binti Harits, dijuluki Umm Fadhl, yaitu saudara laki -laki Maimunah, istri Nabi ﷺ. Dia dikenal sebagai Ibnu Abbas. Selain itu, ia juga dipanggil oleh Abul Abbas. Dari sini ia berasal dari dinasti Khalifah Abbasid.


Tapi kali ini info Islam harian tidak menjelaskan tentang biografi teman -teman nabi ﷺ tetapi akan memberikan informasi tentang percakapan Ibn Abbas dengan salah satu pemuda yang mempertanyakan proposisi atau hukum tentang lagu atau lagu, artikel ini bersumber dari bersumber Situs Kiblat.net dan cerita berikut.


Salah seorang bertanya kepada Abdullah bin Abbas tentang nyanyian, apakah dihalalkan atau diharamkan oleh Allah ﷻ. Ibnu Abbas berkata, “Aku tidak mengharamkannya, kecuali bila disebutkan oleh Allah ﷻ  bahwa ia adalah haram.”

Pemuda tersebut kembali bertanya,“Berarti anda telah menghalalkanya?”
Ibnu Abbas kembali menjawab,“Aku tidak pula menghalalkannya , kecuali bila disebutkan dalam kitab Allah ﷻ   bahwa hal itu halal.”

Mengerti bahwa si pemuda kebingungan, Abdullah bin Abbas berkata padanya,“Bila datang hari kiamat, dan kau dapat melihat kebenaran dan kebatilan, lalu termasuk yang mana lagu atau nyanyian itu akan berkumpul?” Spontan pemuda itu menjawab,“Pada kebatilan.”

Ibnu Abbas berkata,“Pergilah, engkau telah berfatwa pada dirimu sendiri.”

Demikianlah kisah singkat antara sahabat Rasulullah ﷺ, Ibnu Abbas yang ditanya tentang hukum lagu atau nyanyian oleh salah seorang pemuda dan semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya.

Diambil dari buku Adzkiya Ash-Shahabah, Ahmad Muhammad Hassan et al

Etika dan hal-hal yang perlu dilakukan saat akan melakukan doa Idul Fitri

Etika dan hal-hal yang perlu dilakukan saat akan melakukan doa Idul Fitri

Etika dan hal-hal yang perlu dilakukan saat akan melakukan doa Idul Fitri
Dalam diskusi ini, buku ini diambil dari buku Minhajul Muslim oleh Shaytah Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri رَحِمَهُ اللهُ dengan tema etika dan hal-hal yang perlu dilakukan ketika akan berdoa dua hari libur, dan dalam diskusi ini adalah lebih banyak Dikhususkan pada saat Holiday Adha Idul Fitri, penjelasan berikut.

1.Mandi, memakai minyak wangi, dan mengenakan pakaian yang bagus , berdasarkan keterangan yang dituturkan Anas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ , seraya berkata,
Rasulullahtelah memerintahkan kepada kami pada shalat dua hari raya supaya kami mengenakan pakaian yang terbagus yang kami miliki, memakai minyak wangi yang terwangi yang kami miliki serta berkurban dengan binatang yang paling gemuk yang kami miliki.” [1]

2.Tidak makan terlebih dahulu pada saat hendak berangkat shalat Idul Adha berdasarkan keterangan Buraidah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ,
Nabitidak berangkat pada hari raya Idul Fitri sehingga beliau makan terlebih dahulu, dan beliau tidak makan pada hari raya Idul Adha, sehingga beliau kembali, lalu makan daging kurbannya.” [2]

3.Mengumandangkan takbir pada malam Idul Adha
Pada hari raya Idul Adha takbir dilanjutkan hingga penghabisan Hari Tasyriq
Lafazh takbirnya:
االلهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ
"Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"
Artinya:
"Allah Mahabesar. Allah Mahabesar. Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Allah Mahabesar. Allah Mahabesar. Kepunyaan Allah segala puji"

Juga dianjurkan mengumandangkan takbir ketika berangkat ke tempat shalat dan setelah shalat wajib pada hari-hari Tasyriq yang tiga hari(11, 12, dan 13 Dzulhijjah) sebagaimana ditegaskan Allah ﷻ dalam Firmannya,
وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْدُوْدٰتٍ
"ważkurullāha fī ayyāmim ma'dụdāt"
Artinya: "Dan berzikirlah kepada Allah dalam beberapa hari yang terbilang." (Al-Baqarah:203)

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ
"wa żakarasma rabbihī fa ṣallā"
Artinya: " Dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat." (Al-A’la:15)

وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ
"wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum"
Artinya: "Dan hendaklah kalian mengagungkan nama Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian." (Al-Baqarah:185)

4.Berangkat ke tempat shalat melalui suatu jalan dan pulangnya melalui jalan yang lain. Sebagaimana hal tersebut dilakukan oleh Rasulullah ﷺ . Jabir رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ berkata,
Kebiasaan Nabipada hari raya adalah beliau menempuh jalan yang berbeda (ketika pergi dan saat pulang)” [3]

5.Shalat hari raya hendaklah dilaksanakan di padang pasir atau lapangan terbuka, kecuali dalam keadaan darurat, misalnya hujan dan lain-lain, sehingga shalat dilaksanakan di masjid-masjid. Karena Rasulullah ﷺ pun melaksanakannya di padang pasir, sebagaimana dijelaskan di sebuah hadits shahih.

6.Mengucapkan selamat dengan mengucapkan salam kepada saudaranya:
تقبل الله منا ومنكم
"Semoga Allah menerima ibadah kami dan juga kamu." [4]

Sebagaimana hal itu dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa kebiasaan para sahabat Rasulullah ﷺ jika sebagian mereka bertemu dengan sebagian yang lainnya pada hari raya, niscaya mereka akan mengucapkan sesuai redaksi diatas.

7.Tidak ada larangan memberikan kelonggaran (agak royal) dalam makanan, minuman, dan mengadakan hiburan yang dibolehkan, berdasarkan sabda Nabi ﷺ yang berkenaan dengan hari raya Idul Adha (kurban),
Hari-hari Tasyriq itu adalah hari makan-makan, minum-minum, dan berdzikir kepada Allah .”  [5]

Juga keterangan Anas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ , “Suatu ketika Rasulullah ﷺ dating ke Madinah, di mana kaum Muslimin Madinah mempunyai dua hari yang mereka jadikan sebagai hari hiburan. Rasulullah ﷺ pun bersabda,
Allahtelah mengganti dua hari kalian dengan dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu: Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.” [6]


Juga sabda beliau ditunjukan kepada Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ yang marah kepada dua orang wanita yang ada di rumah Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا yang sedang menyanyikan sya’ir pada hari raya,
Hai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita.” [7]

Demikianlah ulasan singkat mengenai Etika dan hal-hal yang perlu dilakukan ketika akan mengerjakan shalat Idul Adha yang di rangkum dari kitab Minhajul Muslim bab Etika dan Hal-hal yang Perlu Dilakukan Ketika Akan Mengerjakan Shalat Dua Hari Raya Karya Syaik Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri رَحِمَهُ اللهُ yang telah wafat pada hari Rabu 3 Dzulhijjah 1439 H dan di makamkan di kuburan Baqi. Semoga Allah ﷻ merahmati beliau dan memberikan pahala yang besar di akhirat atas karya-karya yang beliau tulis.

Dipublikasikan oleh: infoislamdaily.blogspot.com

Footnote___
[1] Diriwayatkan oleh al-Hakim 4/256 dengan sanad yang baik
[2] Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 542 dan perawi lainnya lebih dari satu orang, dan Ibnu al-Qaththan menshahihkannya.
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 986.
[4] Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang baik, al-Baihaqi, 3/319.
[5] Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1141.
[6] Diriwayatkan oleh an-Nasa’I, no. 11556 dan menshahihkannya.
[7] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 952.